Beranda | Artikel
Adab-Adab Para Pembawa Al-Quran
Kamis, 31 Juli 2025

Adab-Adab Para Pembawa Al-Qur’an adalah kajian Fiqih Do’a dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 4 Shafar 1447 H / 29 Juli 2025 M.

Kajian Tentang Adab-Adab Para Pembawa Al-Qur’an

Telah berlalu penjelasan mengenai keutamaan Al-Qur’an al-Karim. Adapun sekarang, pembahasan kita adalah tentang akhlak para pembawa Al-Qur’an — akhlak yang seharusnya mereka hiasi diri dengannya. Demikian pula adab dan sifat-sifat ahli Al-Qur’an yang seyogianya mereka beradab dengannya.

Tidak ragu lagi bahwa tema ini sangat mulia dan tinggi kedudukannya. Kita senantiasa butuh untuk mengingat kembali tentang adab-adab ini.

Para ulama terdahulu memberikan perhatian besar terhadap permasalahan ini dan benar-benar menaruh perhatian luar biasa terhadapnya.

Karena dengan adab-adab inilah akan tampak buah dari Al-Qur’an dalam bentuk pahala dan kebaikan yang besar. Sebaliknya, tanpa adab-adab tersebut, meskipun seseorang membaca Al-Qur’an, ia tidak akan meraih buah manis darinya. Dia tidak akan mampu menghasilkan kebaikan yang besar dan tidak akan mendapatkan pahala yang diharapkan dari Al-Qur’an. Justru yang dikhawatirkan adalah Al-Qur’an menjadi hujah yang menyeret ke dalam api neraka. Na‘udzu billahi min dzalik.

Disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan menghinakan kaum yang lain dengannya juga.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an adalah hujah yang akan membelamu atau hujah yang akan membinasakanmu.” (HR. Muslim)

Al-Qur’an akan menjadi hujah bagi siapa yang mengamalkannya dan beradab dengan adab-adabnya. Namun, siapa yang melalaikan batasan-batasannya dan tidak peduli terhadap hak-haknya, bahkan meremehkan kewajiban-kewajiban terhadap Al-Qur’an, maka sesungguhnya Al-Qur’an akan menjadi hujah yang akan menyeretnya ke dalam api neraka.

Ini yang dikhawatirkan, justru Al-Qur’an yang ada di rumah-rumah kita malah menyeret kita ke neraka. Padahal, Al-Qur’an yang Allah turunkan seharusnya menjadi bimbingan hidup, justru menambah penyakit hati. Na‘udzu billahi min dzalik.

Berkata Al-Imam Qatadah:

“Tidak ada seorang pun yang duduk dengan Al-Qur’an, kecuali ia akan bangkit darinya dalam keadaan bertambah atau berkurang imannya.”

Yang bertambah imannya adalah orang yang benar-benar mengimani Al-Qur’an. Adapun yang justru berkurang imannya adalah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit kemunafikan. Bukan bertambah, justru imannya berkurang karena membaca Al-Qur’an.

Ada orang yang seperti itu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam surah At-Taubah:

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ‎﴿١٢٤﴾‏ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ‎﴿١٢٥﴾

“Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka ada yang berkata, ‘Siapa di antara kalian yang bertambah imannya karena surah ini?’ Maka adapun orang-orang yang beriman, surah itu menambah imannya dan mereka bergembira. Tetapi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, dengan turunnya surah itu justru menambah penyakit di samping penyakit yang telah ada, dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah [9]: 124–125)

Ini musibah yang perlu dikhawatirkan, sebagaimana dikatakan oleh Imam Qatadah.

Syaikh Abdur Razzaq menjelaskan bahwa imannya akan bertambah jika ia mengamalkannya dan kebaikan pun akan menyertainya. Sebaliknya, imannya akan berkurang jika ia menyia-nyiakan hak-haknya.

Para ulama telah menulis banyak kitab tentang adab para pembawa Al-Qur’an. Namun, menurut Syaikh Abdur Razzaq, kitab terbaik yang membahas tentang adab para pembawa Al-Qur’an adalah karya Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Al-Husain Al-Ajurri. Kitab tersebut berjudul Akhlaq Hamalatil Qur’an (Akhlak Para Pembawa Al-Qur’an).

Lihat: At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an

Kata beliau, ini adalah sebuah kitab yang agung nilainya, banyak faedahnya, dan layak untuk dibaca oleh setiap penghafal Al-Qur’an, bahkan setiap muslim sepatutnya mempelajarinya.

Di antara adab yang harus dimiliki oleh seorang pembawa Al-Qur’an adalah hendaklah ia bertakwa kepada Allah, baik ketika sendiri maupun di hadapan orang lain. Ini sangat penting, karena Al-Qur’an berisi banyak perintah untuk bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ…

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 102)

Hakikat takwa adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

Adab selanjutnya adalah meniatkan dalam menuntut ilmu dan mengamalkan Al-Qur’an semata-mata untuk mencari wajah Allah, bukan untuk tujuan duniawi. Demikian pula ketika membaca dan menghafal Al-Qur’an, yang ia inginkan dengan tilawah dan hafalan Al-Qur’an adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Hendaknya tidak ada niat lain. Niat selain ini hanya akan menyebabkan amal tertolak dan tidak diterima oleh Allah.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata kepada putranya, Abdullah bin Umar:

“Sungguh telah datang kepada kami suatu masa, dan kami tidak melihat seorang pun mempelajari Al-Qur’an kecuali untuk mengharapkan wajah Allah. Namun aku khawatir akan datang masa di mana orang-orang membaca Al-Qur’an demi keuntungan duniawi dan pujian manusia. Maka hendaklah kalian mengharapkan wajah Allah dalam bacaan dan amalan kalian.”

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Adab-Adab Para Pembawa Al-Qur’an


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55375-adab-adab-para-pembawa-al-quran/